Sunday, June 24, 2012

GERHANA MATAHARI? PAKAILAH BAJU TEBAL!

Ya, karena ternyata gerhana Matahari bisa mempengaruhi arah dan kecepatan angin di Bumi.
Gerhana Matahri terjadi ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, menimbulkan bayangan besar yang "menyapu" permukaan planet kita. Nah, saat gerhana berlangsung, pakar meteorologi kerap mendapat laporan tentang perubahan cuaca yang tak biasa. Namun, baru belakangan ini sekelompok ahli di Inggris meneliti fenomena tersebut.
Klaim tentang perubahan cuaca saat gerhana sudah ada sejak 1901. "Seorang pria bernama H. Helm Clayton menduga terjadinya perubahan dalam arah angin akibat gerhana," ujar Giles Harrison, ahli fisika atmosfer dari University of Reading di Inggris. Clayton lantas menerbitkan makalah yang menyatakan eksistensi dari "angin topan gerhana," topan yang terbentuk di bawah bayangan Bulan.
Sejak itu, berbagai laporan mengenai perubahan angin yang dipengaruhi gerhana meningkat, tetapi tak ada data meyakinkan untuk mendukung laporan itu.
Harrison dan koleganya memutuskan untuk menelitinya. Mereka mengumpulkan data cuaca dari gerhana Matahari total yang terjadi pada Agustus 1999. Bayangan gerhana tersebut meliputi benua Eropa, termasuk Devon dan Cornwall di Inggris. Para saksi melaporkan bahwa mereka merasakan perubahan aneh dalam arah angin selama gerhana berlangsung.
Gray dan koleganya menggunakan kondisi pra-gerhana dan model komputer untuk menciptakan prakiraan cuaca di hari tersebut, tanpa memperhitungkan pengaruh bayangan gerhana. Lantas, mereka membandingkan hasilnya dengan data cuaca yang sesungguhnya terjadi selama dan sesudah gerhana.
Ternyata, perbandingan tersebut menunjukkan penurunan signifikan dalam kecepatan angin, yaitu sebesar 2,5km/jam. Angin juga lebih condong ke selatan sebesar 20 derajat di area-area yang tertutup bayangan gerhana. Hasil studi ini diterbitkan dalam Proceedings of The Royal Society A.
"Ketika gerhana Matahari mempengaruhi suhu udara, tampaknya ia juga mengakibatkan angin berganti arah. Mungkin ini perubahan yang dirasakan orang-orang," ujar Horrison. Namun, ia memperingatkan bahwa temuan terbaru ini bukan konfirmasi atas "angin topan gerhana" yang digagas Clayton.

Sumber: Media Kawasan edisi Juni 2012

No comments:

Post a Comment