1. ARTI SISTEM
Banyak ahli di berbagai disiplin ilmu
mengemukakan pendapatnya mengenai arti sistem. Namun, apapun definisinya suatu
sistem perlu memiliki ciri sebagai berikut (Suroso, 1993):
· Setiap sistem memiliki tujuan
· Setiap sistem mempunyai ‘batas’ yang memisahkannya dari lingkungan
· Walau mempunyai batas, sistem tersebut bersifat terbuka, dalam arti berinteraksi juga dengan lingkungannya
· Suatu sistem dapat terdiri dari berbagai subsistem yang biasa juga disebut dengan bagian, unsur, atau komponen
· Walau sistem tersebut terdiri dari berbagai komponen, bagian, atau unsur-unsur, tidak berarti bahwa sistem tersebut merupakan sekedar kumpulan dari bagian-bagian, unsur, atau komponen tersebut, melainkan merupakan suatu kebulatan yang utuh dan padu, atau memiliki sifat ‘wholism’
· Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam sistem (intern) itu sendiri, maupun antara sistem dengan lingkungannya
· Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah masukan menjadi keluaran. Karena itulah maka sistem sering disebut sebagai ‘processor’ atau ‘transformator’
· Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan tersedianya umpan balik
· Karena adanya mekanisme kontrol itu maka sistem mempunyai kemampuan mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan secara otomatik
· Setiap sistem memiliki tujuan
· Setiap sistem mempunyai ‘batas’ yang memisahkannya dari lingkungan
· Walau mempunyai batas, sistem tersebut bersifat terbuka, dalam arti berinteraksi juga dengan lingkungannya
· Suatu sistem dapat terdiri dari berbagai subsistem yang biasa juga disebut dengan bagian, unsur, atau komponen
· Walau sistem tersebut terdiri dari berbagai komponen, bagian, atau unsur-unsur, tidak berarti bahwa sistem tersebut merupakan sekedar kumpulan dari bagian-bagian, unsur, atau komponen tersebut, melainkan merupakan suatu kebulatan yang utuh dan padu, atau memiliki sifat ‘wholism’
· Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam sistem (intern) itu sendiri, maupun antara sistem dengan lingkungannya
· Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah masukan menjadi keluaran. Karena itulah maka sistem sering disebut sebagai ‘processor’ atau ‘transformator’
· Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan tersedianya umpan balik
· Karena adanya mekanisme kontrol itu maka sistem mempunyai kemampuan mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan secara otomatik
2. PERKEMBANGAN SISTEM PEREKONOMIAN PADA UMUMNYA
Subsistem, itulah sistem perekonomian yang
terjadi pada awal peradaban manusia. Dengan karakteristik perekonomian
subsistem, orang melakukan kegiatan ekonomi dalam hal ini produksi, hanya untuk
memenuhi kebutuhan sendiri atau kelompoknya saja. Dengan kata lain pada saat
itu orang belum terlalu befikir untuk melakukan kegiatan ekonomi untuk pihak
lain, apalagi demi keuntungan. Kalaupun orang tersebut harus berhubungan dengan
orang lain untuk mendapatkan barang lain, sifatnya adalah barter, untuk
kepentingan masing-masing pihak.
Dengan semakin berkembangnya jumlah manusia
beserta kebutuhannya, semakin dirasakan perlunya sistem perekonomian yang lebih
teratur dan terencana. Sistem barter tidak lagi dapat dipertahankan, mengingat
hambatan-hambatan yang dihadapi, seperti:
· Sulitnya mempertemukan dua atau lebih pihak yang
memiliki keinginan yang sama
· Sulitnya menentukan nilai komoditi yang akan
dipertukarkan
· Sulitnya melakukan pembayaran yang tertunda
· Sulitnya melakukan transaksi dengan jumlah besar
Dengan hambatan-hambatan yang
terjadi tersebut, mulailah para cendekiawanmemikirkan sistem perekonomian lain
yang lebih bermanfaat dan dapat digunakan oleh manusia. Hasil-hasil pemikiran
para ahli adalah:
a) SISTEM PEREKONOMIAN PASAR
(LIBERALISME/KAPITALISME)
Dasar bekerjanya sistem ini adaah adanya
kegiatan ‘invisibel hand’ atau tangan-tangan yang tidak kelihatan yang
dicetuskan oleh ahli ekonomi Adam Smith. Dasar ini berasal dari paham
kebebasan. Buku Adam Smith yang berjudul ‘The Theory of Sentiments’ menjadi
kerangka moral bagi ide-ide ekonominya (1759). Paham kebebasan ini sejalan
dengan pandangan ekonomi kaum klasik, dimana mereka menganut paham ‘Laissez
Faire’, yamg menghendaki kebebasan melakukan kegiatan ekonomi, dengan seminim
mungkin campur tangan pemerintah.
Kaum klasik berpendapat seperti itu, karena
mereka menganggap bahwa keseimbangan ekonomi/ pasar akan tercipta dengan
sendirinya. Mekanisme pasarlah yang akan mengaturnya, kekuatan permintaan
penawaran-lah yang akan mewujudkannya. Dasar pemikiran kaum klasik tersebut
adalah:
1. Hukum ‘SAY’
Yang mengatakan bahwa setiap komoditi yang diproduksi, tentulah ada yang
membutuhkannya . Dengan hukum ini para pengusaha/ produsen tidak perlu khawatir
bahwa barang dagangannya akan sisa, karena berapapun yang ia produksi tentu
akan digunakan oleh masyarakat.
2. Harga setiap komoditi itu bersifat fleksibel.
Dengan demikian keseimbangan akan selalu terjadi. Kalaupun terjadi ketidak
seimbangan pasar (kekurangan atau kelebihan komoditi) itu hanya bersifat sementara,
karena untuk selanjutnya keadaan tersebut akan kembali dalam kondisi seimbang
(equilibrium). Sebagai contoh produksi melimpah, menyebabkan harga komoditi
bersangkutan menjadi murah. Karena harga sekarang menjadi murah, masyarakat
berbondong-bondong untuk membelinya sehingga komoditi tersebut berkurang
drastis. Dan karena komoditi yang ada sekarang menjadi sedikit maka harga akan
naik kembali. Karena harga membaik, produsen akan meningkatkan produksinya
dengan harapan akan mendapat keuntungan yang lebih besar. Karena produksi
meningkat jumlah komoditi di pasar menjadi banyak sehingga perlahan-lahan harga
bergerak turun, begitulah keadaan akan berlangsung. Dan dari kedua keadaan
tersebut akan mengarah terjadinya keseimbangan pasar. Dengan demikian
pemerintah tidak perlu ikut dalam proses tersebut.
Jika demikian pemikirannya, selanjutnya apa tugas pemerintah? Menurut kaum
klasik, tugas pemerintah adalah:
Mengelola kegiatan yang tidak efisien jika ditangani oleh pihak swasta,
sebagai misal mengelola pamong praja dan sejenisnya.
Membantu memperlancar dan menciptakan kondisi yang mendukung kegiatan
ekonomi yang sedang berlangsung. Sebagai contoh membangun prasarana jalan agar
transportasi menjadi lancar, mengeluarkan kebijaksanaan yang mendukung, dan
sejenisnya.
Dengan kondisi perekonomian yang semacam itu, pemerintah memiliki tiga
tugas yang sangat penting (Suroso, 1993) yakni:
a. Berkewajiban melindungi negara dari kekerasan
dan serangan negara liberal lainnya
b. Melindungi setiap anggota masyarakat sejauh
mungkin dari ketidak adilan atau penindasan oleh anggota masyarakat lainnya
atau mendirikan badan hukum yang dapat diandalkan.
c. Mendirikan dan memelihara beberapa institusi
atau saran untuk umum yang tidak dapat dibuat oleh perorangan dikarenakan
keuntungan yang di dapat darinya terlalu kecil sehingga tidak dapat menutupi
biayanya. Dengan perkataan lain di luar itu, kegiatan ekonomi diserahkan
sepenuhnya kepada swasta.
Dengan terjadinya resensi dunia pada sekitar tahun 1930-an, kejayaan
sistem ini seakan-akan berakhir. Dari kejadian itulah kemudian muncul
pandangan-pandangan untuk memperbaiki sistem ini. Diantara para ahli yang cukup
terkenal dan hingga sampai saat ini pandangannya masih relevan adalah J.M.
Keynes, yang antara ain berpendapat bahwa negara, yang merupakan suatu kekuatan
di luar sistem liberalis ini haruslah ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi
agar pekerjaan selalu tersedia bagi semua warganya.
Secara umum karakteristik sistem ekonomi liberla/ kapitalisme adalah:
· Faktor-faktor produksi (tanah, modal, tenaga
kerja, kewirausahawan) dimiliki dan dikuasai oleh pihak swasta.
· Pengambilan keputusan ekonomi bersifat desentralisasi,
diserahkan kepada pemilik faktor produksi dan akan dikoordinir oleh mekanisme
pasar yang berlaku.
· Rangsangan insentif atau umpan balik diberikan
dalam bentuk utama materi sebagai sarana memotivasi para pelaku ekonomi.
· Proses bekerjanya sistem liberal/ kapitalisme
ini dapat dilihat pada gambar berikut:
b) SISTEM PEREKONOMIAN PERENCANAAN (ETATISME/
SOSIALIS)
Pencetus ide mengenai sistem ekonomi
etatisme adalah Karl Marx, yang diilhami dengan penderitaan kaum buruh yang
terjadi pada saat itu, sebagai ulah para kaum kapitalis. Dalam sistem ini
praktis kegiatan ekonomi sepenuhnya diatur di bawah kendali negara. Sistem ini
dapat kita lihat pada negara yang menganut paham komunisme, seperti Uni Soviet.
Tahap-tahap ide etatisme/ komunisme yang sempat muncul adalah:
Pertama, tahap dimana prinsip ekonominya
adalah ‘setiap orang memberi (kepada masyarakat) menurut kemampuannya, dan
setiap orang menerima sesuai dengan karyanya.
Tahap tersebut berkembang menjadi ‘setiap
orang memberi sesuai dengan kemampuannya, dan setiap orang menerima menurut
kebutuhannya’ dengan kata lain ‘distribusi menurut kebutuhannya’ (Suroso,
1993).
Sistem sosialis terdiri dari:
Sistem
Sosialis Pasar, dengan karakteristik:
· Faktor-faktor produksi dimiliki dan dikuasai
oleh pihak pemerintah/ negara
· Pengambilan keputusan ekonomi bersifat
desentralisasi dengan dikoordinasi oleh pasar
· Rangsangan dan insentif diberikan berupa
material dan moral, sebagai sarana motivasi bagi para pelaku ekonomi
Sistem
Sosialis Terencana (Komunis), dengan karakteristik:
· Faktor-faktor produksi dimiliki dan dikuasai
oleh pihak pemerintah/ negara
· Pengambilan keputusan ekonomi bersifat
sentralisasi dengan dikoordinasi secara terencana
· Rangsangan dan insentif diberikan berupa
material dan moral, sebagai sarana motivasi bagi para pelaku ekonomi
Dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat dan tuntutan
perekonomian internasional, tampaknya sistem sosialis terencana ini mulai
ditinggalkan oleh penganutnya. Salah satu contoh adalah yang diawali oleh
presiden Rusia, Gorbachef dengan tindakan pembaharuannya. Dan akhir-akhir ini
dengan mulai pecahnya negara-negara berpaham komunis, yang di dalam
perekonomiannya cenderung bersistem sosialis.
c) SISTEM
EKONOMI CAMPURAN
Sistem ekonomi campuran ini adalah
merupakan kombinasi ‘logis’ dari ketidak sempurnaan kedua sistem ekonomi di
atas (liberalisme dan etatisme). Selain resesi dunia tahun 1930-an telah
menjadi bukti ketidak sanggupan sistem liberalis, lengah Gorbachef dan bubarnya
kelompok negara-negara komunis, menjadi bukti pula kerapuhan sistem etatisme.
Sistem campuran mencoba mengkombinasikan
kebaikan dari kedua sistem tersebut, diantaranya menyarankan perlunya campur
tangan pemerintah secara aktif dalam kebebasan pihak swasta dalam melaksanakan
kegiatan ekonominya. Dengan keinginan seperti ini, banyak negara kemudian
memilih sistem ekonomi campuran ini.
No comments:
Post a Comment